bahasa dipakai di dalam naskah sebagai alat untuk mengetahui kebudayaan suatu bangsa, pada umum nya, asal ilmu pengetahuan pada zaman modern ini dapat ditelusuri dari bangsa-bangsa zaman kuno yang telah kemasyhurannya. filologi menggunakan bahasa sebagai alatnya untuk mengetahui kebudayaan suatu bangsa. terutama bangsa yang dipakai naskah ,bahasa yang dipakai.
A. Filologi di Daerah Eropa Daratan
1. Awal Pertumbuhan Filologi
Bangsa Yunani telah melakukan kegiatan filologi pada
abad ke-3 S.M tepatnya di kota Iskandariah. Kegiatan yang dilakukan
antara lain membaca naskah-naskah Yunani lama, yang ditulis pada daun papirus
yang berisikan rekaman tradisi lisan yang mereka miliki sejak zaman sebelumnya.
Kegiatan membaca dan penelaahan naskah dilakukan oleh para ahli yang bekerja di
Pusat ilmu pengetahuan karena pada abad ke- 3 S.M di kota Iskandariah telah
terdapat Pusat ilmu pengetahuan yang para ahlinya berasal dari sekitar laut Tengah
terutama bangsa Yunani dan bangsa dari daratan Eropa Selatan.
Pusat studi untuk meneliti, membaca, dan menelaah teks
menyerupai perpustakaan yang banyak menyimpan sejumlah besar naskah berupa daun
papirus yang bergulung dan berisi berbagai ilmu pengetahuan,
filsafat, hukum, sasta, karya sastra, ilmu kedokteran, ilmu perbitangan dan
lain-lain yang merupakan miliki bangsa Yunani lama. Perpustakaan itu menepati
bangunan yang dinamakan museum yaitu sebuah kuil tempat untuk memuja
9 orang dewi Muze, dewi kesenian dan ilmu pengetahuan dalam mitologi Yunani.
Para penggarap naskah-naskah tersebut kemudian dikenal dengan ahli Filologi.
Disinilah letakpentingnya ilmu filologi sebagai batu loncatan
lahirnya ilmu-ilmu lain.
Para ahli filologi pada zaman itu benar-benar memiliki
ilmu yang sangat luas. Mereka terlebih dahulu harus mengenal hurufnya,
bahasanya dan ilmu yang dikandungnya untuk memahami isi naskah. Setelah dapat
membaca dan memahami isinya mereka menulisnya kembali dengan huruf dan bahasa
(teks) yang digunakan pada masa itu. Para
ahli meneliti naskah dalam bentuk gulungan papirus yang memuat filsafat,
kedokteran, perbintangan dan karya sastra Homerus, Plato, Menander, Herodotus,
Hippocrates, Socrates, dan Aristoteles.
Metode awal yang dilakukan ialah memperbaiki huruf,
bacaan, ejaan, bahasanya, tata tulisanya kemudian menyunting dalam keadaan yang
mudah dibaca, dimengerti, bersih dari kesalahan-kesalahan, kadang-kadang diberi
komentar atau tafsiran serta penjelasan secukupnya. Mereka menguasai ilmu dan
kebudayaan Yunani lama yang dikenal dengan mazhab Iskandariah.
Dalam perkembangan ini, filologi memiliki
tujuan utamauntuk penggalian ilmu pengetahuan Yunani lama.
Disamping tujuan tersebut, kegiatan Filologi juga sebagai kegiatan peradagangan
artinya naskah-naskah yang berisikan tentang ilmu pengetahuan dan tradisi lisan
disalin oleh para budak Belian, selanjutnya dijual kepada yang membutuhkan.
Pada penyealinan ini seringkali mengalami penyimpangan-penyimpangan (tidak
setia) dari bahan yang disalin. Salinan-salin yang mengalami penyimpangan
tersebut disalin lagi oleh orang-orang yang membutuhkan sehingga semakin banyak
pula naskah-naskah yang kebenaranya jauh dari teks aslinya.
Pada tahap selanjutnya kegiatan
filologi berpindah ke Eropa Selatan setelah Iskandariah jatuh
kedalam kekuasaan Romawi. Kegiatan ini pun masih melanjutkan kegiatan mashab
Iskandariah. Akan tetapi setelah pecahnya Romawi menjadi Romawi barat dan
Romawi timur pada abad ke 4 Masehi sangat mempengaruhi kegiatan filologi mashab
Iskandariah.
2. Filologi di Romawi Barat dan Romawi Timur
2.1.Fillologi Romawi Barat
Mengikuti mazhab Iskariyah sampai
masuknya agama kristen di Romawi, pada masa ini dimulai kegiatan filologi
menelaah buku keagamaan, tidak hanya puisi dan prosa Cicero dan Varro. Tulisan
latin ini kemudian dikembangkan dikerajaan Romawi Barat menjadi menjadi bahasa
ilmu pengetahuan. Setelah terjadi kristenisasi, kegiatan filologi diarahkan
pada penelaahan naskah-naskah keagamaan oleh para Pendeta. Akibatnya naskah-naskah
Yunani ditinggalkan sehingga telaah teks Yunani menjadi mundur dan
kurang dikenal lagi.
Perkembangan selanjutnya adalah bahwa kegiatan filologi
dalam abad ke 4, teksnya telah ditulis dalam bentuk buku yang
disebut Kodex (naskah dapat memakai halaman dan mudah dibaca), dikenal
pula dengan nama perkamen yaitu dan menggunakan bahan kulit binatang
(terumama kulit Domba), karena lebih bertahan lama dari pada bahan papirus
2.2.Filologi Romawi Timur
Pusat kajian filologi di Romawi
Timur tersebar di Antioch, Athena, Iskandariyah, Beirut, Konstantinopel, dan
Gaza, masing-masing dengan spesialisasinya. Iskandariyah
mengutamakan studi filsafat Aristoteles, Beirut bidang hukum. Pusat-pusat
studi tersebut berkembang menjadi Perguruan Tinggi yaitu lembaga yang telah
menghasilkan tenaga ahli dalam bidang pemerintahan, pendidikan dan
administrasi.
Kegiatan filologi yang dilakukan adalah kebiasaan menulis
tafsir terhadap isi naskah pada tepi halaman atau disebut Scholia. Akan tetapi
pada saat telaah teks Yunani berkembang dirasakan kurangnya ahli dalam kegiatan
itu, maka bermunculan mimbar-mimbar kuliah filologi di Perguruan Tinggi
untuk mendapatkan ahli-ahli Filologi
3. Filologi di Zaman RenainsanceZaman renaisans merupakan
kebangkitan kembali filologi Yunani yang telah lama ditinggalkan. Kajiannya
tetap berpijak kepada kritik teks dan sejarahnya, seperti karya Lovato Lovati
(1241-1309), Lorensi Vallo (1407-1457), den Angelo Poliziano (1454- 1494), ketiganya
dari Italia. Setelah jatuhnya Bizantium ke tangan Turki kegiatan
filologi berpindah ke Selatan seperti Roma, mereka menjadi penyalin naskah atau
pengajar.
Namun Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg dari Jerman
pada abad ke-15 menyebabkan perkembangan baru dalam bidang filologi. Kegiatan
ahli filologi pada zaman ini adalah menyalin naskah, menulis naskah dan
mengkaji secara cermat serta kritik teks yang telah disempurnakan dengan
menghadirkan lebih banyak naskah. Naskah-naskah yang telah dikaji secara cermat
kemudian diperbanyak dengan menggunakan mesin cetak . Sehingga terbitan teks
dangan mesin cetak menjadi lebih banyak dan penyebaranya pun bertambah, dengan
demikian kekeliruan yang banyak terjadi pada penyalinan berulang pada teks
menjadi lebih sedikit.
Dalam perkembangan selanjutnya, di Eropa kegiatan ilmu
filologi juga diterapkan untuk telaah naskah lama non klasik seperti naskah
Germania Romania. Ahli filologi perlu mempelajari bahasa-bahasa tersebut.
Dengan demikian saat itu pengertian filologi menjadi kabur dengan
ilmu bahasa yang menelaah teks untuk mempelajari bahasanya. Sehingga pada abad
ke 19 ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri sedangkan pada abad ke 20
filologi di Eropa Daratan tetap menelaah teks klasik sementara di kawasan
anglo-sakson berubah menjadi linguistik.
0 comments :
Post a Comment